DEATHRONED

Surabaya Death Metal unit, Deathroned. Bergerilia di bawah tanah sejak tahun 2015, mereka mengawali debut Demo mereka ditahun 2016 lalu Split Unholy Abomination dan melahirkan Ep Perdition Liturgy di tahun krusial 2020. 
Akhirnya Skitchain berkesempatan untuk melakukan interview ini.

Font Deathroned from Metallum

Deathroned, Terima kasih sudah meluangkan waktu kalian di tengah tengah sibuknya aktivitas personal masing masing. bagaimana kabar kalian? tanpa basa basi sila perkenalkan!

I thought we no longer need to introduce ourself anymore.  But here is Deathroned, death mental ritual hailing from East of Java!

Peridition Liturgy, dengan produksi yang berbeda setelah demo kalian, bisa kalian ceritakan singkat tentang ini dari berproses sampai akhirnya dirilis lah Perdition Liturgy dan bekerja sama dengan Greedy Dust ?

Perdition Liturgy adalah bagian pertama, sebuah epilog dari sebuah magnum opus yang telah kami susun sejak pertama kali band ini terbentuk. Sebuah kisah pendek yang kami tulis sebagai titik berangkat itu, sama sekali berbeda dengan demo yang kami tulis pada 2014 lalu. Baik secara konsep musik, lirik, serta pilihan estetik kami dalam bermusik. Pada demo awal, kami hanyalah orang-orang ceroboh yang terburu-buru. Setelah mendengarkan pusparagam musik, dan membaca berbagai literatur, kami merasa bahwa demo itu adalah sebuah bayi prematur. Tak menawarkan apa-apa selain duplikasi dari band-band lama seperti Dismember, Entombed. Total worship for those legends. Kami tak pernah menyesal pernah berada di fase itu.

Sementara, Perdition Liturgy, adalah sebuah manifesto yang nyaris memuaskan—setidaknya bagi kami. Meskipun, sejujurnya, output dari album itu sama sekali tak sesuai dengan apa yang kami inginkan. Di Perdition Liturgy, kami memiliki kesempatan untuk mengoplos berbagai musik serta bereksperimen di lini lirik. Kami mulai menantang batasan tentang musik ekstrim. Sejauh apa kami bisa menggali fosil arkaik, para pendahulu, dan menjadikannya relevan dengan sound kami sendiri. Sementara, di urusan lirik, kami berupaya membuat Perdition Liturgy ditulis serupa teks-teks drama klasik, seperti Caligula, Faust karya Wolfgang De Goethe, serta meminjam imajinasi tentang rupa Inferno dari Dante.

Sebetulnya, album itu album itu telah rampung satu tahun sebelum akhirnya dirilis oleh Greedy Dust. Tetapi ada berbagai ganjalan terkait label kami sebelumnya—yang tak perlu disebutkan—yang terus menunda-nunda perilisan Perdition Liturgy. Dan Voila! Album itu terbit beberapa bulan sebelum akhirnya pagebluk merebak dan menginfeksi seluruh dunia. Gerbang-gerbang perbatasan ditutup, dan kami terpaksa terisolir. Dampaknya begitu blangkak: ritus lawatan tur Perdition Liturgy terpaksa mesti direlakan. Dan album ini hanya berakhir dipepatkan dalam sebuah kaset, yang saat ini, mungkin, berada di tangan kalian.

Perdition Liturgy Cassette 2020

Impresive. Bicara soal konsep musik, dengan progres kalian apa yang paling mempengaruhi Perdition Liturgy?

Literatur. Secara personal, Perdition Liturgy berangkat dari imajinasi kami tentang tafsir akan horror dan perjalanan seorang arwah menuju kekekalan. Baru kemudian kami menulis musik yang sekiranya representatif akan momentum-momentum itu.

Pada saat menulis album itu, kami banyak terinspirasi dari album-album band yang bagi kami, paripurna dalam menebarkan teror. Referensinya sederhana. Kami banyak terinspirasi band-band semacam Dawn, Dissection, Poison, dan beberapa riff punk-ish dari Discharge, Toxic Holocaust serta band-band Umea Hardcore, yang pada saat itu banyak kami dengar selama proses penulisan.

Tahun lalu beberapa kali saya menyaksikan kalian Live, jujur itu tidak membosankan bahkan saya terus menerus mengulik sampai akhrinya tercetus keinginan untuk melakukan interview ini, kalian mengeksekusi podium dengan apik dan sangat rapih. Apakah cemistry kalian terbentuk karna intensitas sesering mungkin kalian bertemu di studio untuk latihan di tengah kesibukan?atau ada hal yang lain mungkin?

Seluruh personil kami mayoritas bekerja, dan memiliki sedikit waktu untuk menulis lirik. Pertemuan-pertemuan kami berputar pada sebuah misi: blackout drunk! Kami menulis riff di sela-sela waktu senggang, dan kemudian akan memiuhnya di studio. Itulah, mengapa kami selalu terhitung lamban untuk menulis materi baru. But like wise man said: Death’s knows where!

Ada satu hal yang mau saya tanyakan dan ini saya pikir berulang ulang sebenarnya. Ya, kita semua mungkin tau, semua hal pasti di selimuti oleh politik. Bagaimana kalian mengkritisi hal politik di dalam agama?terlebih adanya kejadian bom gereja di Surabaya beberapa tahun yang lalu, apakah Deathroned mengkritisi hal ini?

Ini adalah pandangan pribadi saya, terkait politik. Untuk di posisi tertentu, menjadi radikal itu perlu. Tetapi, kami memandang bahwa agama hanya sebuah simbol, yang tak berarti apa-apa kecuali memperkeruh wajah dunia menjadi semakin pias, menjadi semakin remuk. Nama Deathroned muncul sebagai sebuah simbol, bahwa kami berada di posisi yang bersebrangan dengan simbol-simbol itu. Kami adalah sebuah oposan yang siap untuk memenggal mereka di atas altar persembahan mereka.

Ah terlalu serius, Apa yang sedang intens kalian dengar untuk refernsi kalian di langkah selanjutnya?

Masing-masing dari mengulik musik yang beragam. Tetapi untuk hari ini, barangkali jika kalian bertanya apa yang sedang intens kami dengar selama perjamuan, jawabanya adalah: In Solitude dan Roky Erickson. Kami begitu terkeseima dengan album baru Negative Plane. Serta mengais jejak-jejak artefak lawas seperti Astaroth, Samhain, , Hawkwind, Sixx – Sister Devil!, VON, Katharsis, Cortex, The Sisters of Mercy, serta tentu saja early-Slayer. Sekaligus, kami juga banyak mengulik band-band paling kiwari. Seperti In Gowan Ring, Inferno, Verberis, dan tentu saja Obliteration!

Point penting yang saya garis dari kalian, kalian bisa Strugle sampai hari ini dan teguh dengan apa yang kalian pegang. Turbulence disebuah skena setiap kota sudah pasti ada, bagaimana kalian strugle di kota kalian? Apakah berjalan mulus dan bisa kalian atasi dengan mudah mudah saja atau dengan menguras tenaga dan pikiran kalian?

Kami memilih untuk menjauh dari kerumunan. Sejujurnya, kami tidak terkoneksi dengan scene metal khususnya di Surabaya. Jikapun dekat, hanya beberapa individu saja. Bagi kami, dinamika skena serta perlbagai drama adalah yang kurang menarik bagi kami. Justru, kami lebih dekat dengan scene hardcore/punk kota ini. Jika pun berkoneksi dengan apa-yang-disebut-dengan-skena-metal, kami lebih banyak berjejaring dan berbincang dengan kawan-kawan di luar Surabaya. Seperti Cirebon, Jogja, Jakarta, serta Malang. Kami tak ingin banyak buang-buang energi untuk berbasa-basi dengan manusia.

Photo By Ayughia

Langkah selanjutnya, apakah kalian berencana mengerjakan full album?Jika iya, apakah secara musik akan ada perubahan yang signifikan? atau melanjutkan estafet Death Metal yang sedang Deathroned mainkan sampai saat ini? Oh ya, apakah kalian memiliki rencana mulia untuk tour?

Musik yang sedang kita tulis hari ini, akan sama sekali berbeda dengan Perdition Liturgy. Kami mendapatkan banyak pengetahuan baru selama masa isolasi selama pagebluk beredear, dan menghisap arwah orang-orang lain di luar sana. Kami lebih memiliki waktu untuk merumuskan tentang manifesto lanjutan yang akan dipepatkan di album baru nanti.

Sebelum kelak kami akan berakhir menjadi abu di perapian suatu hari nanti: tur adalah sebuah mimpi yang pasti akan kami upayakan di album baru nanti. Cirebon, adalah destinasi wajib. All hail to Empal Gentong!

Photo By Ayughia

Siap, patut ditunggu!

Ini pertanyaan yang sangat berbeda dari pertanyaan pertanyaan sebelumnya. Bagaimana tanggapan kalian soal Tragedi Kanjuruhan?mengingat kalian juga berdomisili di Jawa Timur dan berdekatan dengan Malang.

Seperti yang sudah-sudah, polisi adalah sebuah intansi yang semestinya dibumi hanguskan.

yes! cukup berani. ah ya, ada referensi band lokal dari kalian yang wajib untuk di dengarkan dan diulik lebih dalam?

Have you ever listen to VENERATION?! They offering nothing but orthodox black death plague ritual! Di Surabaya, ada beberapa nama yang patut untuk ditimbang. If you’re into raging hardcore/punk sounds, please kindly check Dissident, Down (Privacy Warning) dan Marax. Nama-nama band black metal legion seperti Diabolical, Sereignos, dan Hordavjintra. Oh ya, juga coba dengar 1984 dan Deafen dari Malang. Their music will instantly bleed your ears!

Photo By Landef

Pertanyaan terakhir, jika kalian berada di persimpangan, kalian harus memilih antara berjalan terus walopun entah akhirnya akan kemana atau berhenti dan membubarkan diri bukan karna tidak bisa melangkah melainkan merasa sudah jauh melangkah?!

Kami telah mengagendakan bahwa Deathroned tak akan terus hidup selamanya. Hingga waktu itu akan tiba, kami pastikan bahwa kami akan mengakahiri hidup dengan tangan kami sendiri. we therefore commit our flesh to the ground, from dust to dust, from ashes to ashes!

Ciu atau Intisari?!

WHISKY!

The Devil's blood atau In Solitude?!

Of course, In Solitude!

Sekali lagi Terima Kasih Deathroned, semoga apa yang kalian rencanakan semua terealisasikan! silahkan tutup interview kami dengan kesan, atau kalimat kalimat terkutuk kalian!

Death is the golden key that opens the palace of eternity!



Photo By Ivan Darski


Instagram : @deathroned_

DEATHRONED

Surabaya Death Metal unit, Deathroned . Bergerilia di bawah tanah sejak tahun 2015, mereka mengawali debut Demo mereka ditahun 2016 lalu Spl...